Nama saya
Tiyo, umur 34 tahun dan saya bertempat tinggal dekat kampus sebuah PTS di
Jogja. Saya mengirim cerita ini untuk membagi pengalaman saya sehingga bisa
menjadi referensi dalam mengarungi kehidupan para pembaca. Cerita ini sungguh
nyata, akan tetapi nama-nama yang terlibat disini saya samarkan. ***** Aku
adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang beverage.
Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager sehingga aku
mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang
sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan refresing.
Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak
seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku
cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja
dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan
katanya lukanya tidak parah. “Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana
rumah Ibu?” “Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar”. “Kenapa Mbok, inikan
sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?” Si mbok ini tidak menjawab
pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah
ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot. “Ini Mbok bekicotnya,
biar luka Mbak Tika cepat sembuh”. Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu,
memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya
Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya
mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya
pulang.
“Simbok mau
pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang”. “Ngaak usah den,
simbok..”. “Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan
Tika Mbok..”. “Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”. Aku
sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk
mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku
kasihan kepada mereka. “Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini
boleh tidur dirumahku” “Tapi ndoroo..”. “Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk
menebus kesalahanku karena menabrak Tika”. Dari informasi yang aku dapatkan
didalam mobil selama perjalanan pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya
saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok
ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika
umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan
Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4. Setelah sampai dirumah, Mbok
Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata
simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju
yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah
tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek
disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana
sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan
baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada
orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki
jiwa sosial yang tinggi. “Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar
cepet gede..”. “Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya,
karena Intan sudah 2 hari nggak makan”. “Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh
makan sepuasnya disini”.
***** Mulai
dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai,
ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah aku
selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk
meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung
berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap
sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha
yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian
depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung
melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak. Setelah agak
tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini.
Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir
dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di
depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan..,
jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah
bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13
menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya
mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan
kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya
takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi
clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga
puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk
memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun. Sedang asyik-asyiknya aku
mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak
dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah
Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika
yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang
mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil
melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar
polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha
ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu,
aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku
menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku ini. Saat aku keluarkan pejuhku,
si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku
tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai
CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang.. “Ndoro.. kenapa pipis
di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya. “Nduuk.. itu biar
ibumu tidur nyenyak..”. “Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi
Tika takut ke kamar mandi..”. “Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.
Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga
pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat
roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri
hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku
gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai
lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang. “Ndoro.. Tika belum cebok..
nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro
yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.
Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini.
Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga
payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya.. “Ndoro..
kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”. “Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tika, gadis
kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu
polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh tubuhnya.
Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku
terusin ceritanya. Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku
singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah
dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih
belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris
bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem.
Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya.
Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu
lho dan juga agak mengkilap. Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya,
dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri
heran clitnya tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya. “Aduuh.. Ndoro..
memeknya Tika diapain.. Ndoro..”. “Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau
nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”. “Inggiih.. Ndoro..”. Setelah
Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau
pipisnya Tika. “Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”. Aku
bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok
dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pantatnya. Aku
pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir
bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri. “Ndoroo.. geli Ndoro..
memeknya Tika diapain sih ndoroo..”. Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika
yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku
sampai sobek disana sini. Dan akhirnya.. “Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii..
piis dulu Ndoro..”. Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..” Banyak
sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk
menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan
kurangkul tikaku ini. “Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya
Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus
dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..” “Tika mau dihukum apa saja Ndoro..
asalkan Ndoro nggak marahin Tika..”. “Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya
Ndoro.. mau nggak..”. “Iya Ndoro..”. Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah
tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu
polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak
memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan
wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya. “Nduk.. ayo dipegang dan
dielus-elus..! “Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”.
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang
diurut. “Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”. “Tapi Ndoro.. Tika takut
Ndoro.. Tika jijik Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat
Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”. “Benar
Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”. Tika pun jongkok diantara
pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih,
bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya. “Nah gitu nduuk.. diisep ya..
yaa.. ya gituu.. nduuk..”. Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika
pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya
dan kadang aku remas dengan keras. “Aku gemes banget sih sama payudaranya yang
bentuknya agak meruncing itu”. Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku
sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut
mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “..
croot.. croot.. croot.. cruut..!” Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh
Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya. “Ndoroo.. pipisnya
banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”. “He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan..
pipisnya Ndoro..”. “Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai
nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”. Aku memang termasuk laki-laki yang suka
merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari: susu khusus
lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika.
Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak amis. Kemudian aku peluk bidadariku
kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah
habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku
kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus
terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya. “Ndoro.. mau
ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. pipis
lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..” “Mau Ndoro..”. Setelah aku siap,
pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala
kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis. “Ndoro..
memek Tika diapain.. kok sakit..” Aku sempat tarik ulur kontolku di liang
memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung
kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.
“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir
mungilnya. “Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”.
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat
masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya. “Oohh.. ahh.. auuhh.. geli
Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Tika. “Auuhh.. oohh.., Ndoro..,
periih.., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”. SAmbil aku terus meusuk-nusuk
memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang
luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir
bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja.
Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga
kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”. Aku mulai rasakan ada
denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme.
Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung.
Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos,
tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin
para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang
“itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu,
terusin aja sambil membaca ceritaku ini. “Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo..
ahh..” “Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..” “Seerr.. suurr.. suurr..,
kontolku seperti disiram air hangat..”. Aku peluk sebentar tikaku untuk
memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda,
aku lumat-lumat bibir mungilnya. “Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya
Ndoro..”. “Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”. “Nggak
apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur
kok..”. Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di
pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya.
Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.
“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”. “Iya nduuk.. Tika bobok
saja yaa..”. “Memeek Tika periih.. ndooroo..”. Kutekan keras-keras kontolku ke
liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot..
cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya. Aku cabut kontolku
dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar
mengalir keluar dari liang kemaluannya. “Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya
Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”. “Iya nduuk.., biar kamu nggak
kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”. “Inggih
Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”. Aku perhatikan memeknya
sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku
peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun
akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat. TAMAT
0 Response to "Nikmatnya Perawan Gelandangan"
Posting Komentar