Waktu
aku masih sekolah di sebuah SMU di Bantul aku mempunyai seorang teman. Bisa
dikatakan teman dekat. Namanya Evi. Usianya 17 tahun. Dia keturunan Cina
sehingga kulitnya kuning langsat. Tingginya sekitar 156 cm dan beratnya sekitar
48 kg. Rambutnya lurus panjang dan berwarna kecoklatan. Dia pindahan dari kota
lain waktu permulaan kelas tiga. Aku dan dia saling menyukai. Meskipun ada
perbedaan warna kulit. Kulitku sendiri sawo matang.
Suatu
hari menjelang EBTA lokal dia minta sesuatu yang juga ada dipikiranku. Dia
minta dicium. Akhirnya kami berdua sepakat melakukannya setelah pulang sekolah.
Di salah satu kamar mandi sekolah. Setelah keadaan sekolah sepi kami berdua
segera masuk ke kamar mandi. Kebetulan kamar mandi di sekolahku tidak
membedakan antara cowok dan cewek.
Kami berdua berhadap-hadapan. Kami sama-sama ragu untuk memulai.
Entah siapa yang memulai, tau-tau kami berdua sudah berciuman. Lidah kami
berdua saling menjilat. Matanya terpejam.
Tanganku mencoba meremas payudaranya yang masih tertutup pakaian
seragam sekolah. Kuremas payudara kanannya. Ciuman kami terlepas.
“Ooohh..” Desah Evi.
Tangannya turun ke bawah mau membuka retsluiting celanaku. Kami berdua tersenyum. Tiba-tiba.
“Apa-apaan kalian.” Bentak seseorang.
Tangannya turun ke bawah mau membuka retsluiting celanaku. Kami berdua tersenyum. Tiba-tiba.
“Apa-apaan kalian.” Bentak seseorang.
Kami berdua terkejut. Di pintu yang terbuka terdapat salah
seorang guru BP yang sangat ditakuti. Namanya Bu Heydi. Tanganku menghentikan
remasan pada payudara kanan Evi. Sementara tangan Evi masih di celanaku.
“Kalian berdua ikut aku ke kantor.” Kata Bu Heydi sambil
berjalan keluar kamar mandi.
Kami berdua mengikutinya. Tangan Evi memegang tanganku. Dia
kelihatan ketakutan. Aku sendiri juga takut. Takut hal ini akan disebarluaskan.
Kami bertiga telah sampai di ruang BP. Dikuncinya pintu ruangan
itu. Kami berdua disuruh duduk di kursi sofa. Begitu duduk Evi dengan setengah
menangis berkata.
“Tolong bu. Jangan bilang siapa-siapa.”
“Baiklah. Kamu jangan menangis. Aku akan tutup mulut. Tapi ada syaratnya.” Kata Bu Heydi yang duduk di depan meja kerjanya.
“Apa syaratnya, bu?” tanyaku.
“Saya bersedia memberi uang kepada ibu.” Kata Evi sebelum Bu Heydi menjawab pertanyaanku.
“Aku nggak butuh uang.”
Bu Heydi diam sejenak. Kemudian lanjutnya.
“Aku butuh kamu.” Katanya sambil menunjukku. Kali ini suaranya agak lembut.
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Aku butuh tubuhmu.”
“Maksudnya?”
“Aku minta dilayani.”
“Baiklah. Kamu jangan menangis. Aku akan tutup mulut. Tapi ada syaratnya.” Kata Bu Heydi yang duduk di depan meja kerjanya.
“Apa syaratnya, bu?” tanyaku.
“Saya bersedia memberi uang kepada ibu.” Kata Evi sebelum Bu Heydi menjawab pertanyaanku.
“Aku nggak butuh uang.”
Bu Heydi diam sejenak. Kemudian lanjutnya.
“Aku butuh kamu.” Katanya sambil menunjukku. Kali ini suaranya agak lembut.
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Aku butuh tubuhmu.”
“Maksudnya?”
“Aku minta dilayani.”
Aku dan juga Evi setengah kaget. Aku tidak mengira Bu Heydi
mengajukan syarat yang sangat tidak mungkin kulakukan. Aku hanya diam. Aku tahu
Bu Heydi yang berusia 47 tahun adalah seorang janda. Jadi wajar saja dia minta
dilayani.
“Bagaimana?” Kata Bu Heydi sambil melepas kemejanya. Sehingga
dia tinggal memakai baju dalam yang putih tipis memperlihatkan branya yang
berwarna hitam. Tampak juga sebagian kulit sawo matangnya pada tubuh dengan
tinggi sekitar 156 cm dan berat sekitar 53 kg.
“Jangan, bu. Syarat yang lain saja.” Tolakku sambil tetap memegang tangan Evi.
“Ibu nggak punya syarat lain selain itu.”
“Jangan, bu.” Tolakku sekali lagi.
“Kalau begitu, ibu akan umumkan perbuatan kalian besok.” Kata Bu Heydi agak marah.
“Jangan, bu. Syarat yang lain saja.” Tolakku sambil tetap memegang tangan Evi.
“Ibu nggak punya syarat lain selain itu.”
“Jangan, bu.” Tolakku sekali lagi.
“Kalau begitu, ibu akan umumkan perbuatan kalian besok.” Kata Bu Heydi agak marah.
Aku dan Evi berpandangan. Kembali Bu Heydi berkata.
“Daripada bercinta dengan orang yang lain warna kulitnya, lebih baik dengan..”
Belum selesai Bu Heydi selesai bicara sudah disela oleh Evi.
“Tolong, bu. Jangan sebut-sebut warna kulit. Aku rela. Terserah ibu mau lakukan apa terhadapnya. Tapi. Sekali lagi. Jangan sebut-sebut warna kulit.” Kata Evi dengan nada keras dan melepaskan pegangan tanganku.
“Daripada bercinta dengan orang yang lain warna kulitnya, lebih baik dengan..”
Belum selesai Bu Heydi selesai bicara sudah disela oleh Evi.
“Tolong, bu. Jangan sebut-sebut warna kulit. Aku rela. Terserah ibu mau lakukan apa terhadapnya. Tapi. Sekali lagi. Jangan sebut-sebut warna kulit.” Kata Evi dengan nada keras dan melepaskan pegangan tanganku.
Bu Heydi tertawa sambil berdiri menghampiriku. Dia jongkok di
depan tempat aku duduk. Dia meremas penisku yang masih tidur. Remasan itu
membuat penisku setengah tegang. Sementara Evi berdiri. Dia berjalan mau keluar
dari ruangan itu.
“Eh. Jangan pergi dulu.” Cegah Bu Heydi sambil tetap memegang
penisku. Kemudian sambungnya lagi.
“Setelah aku menikmati tubuh pacarmu ini, kamu boleh melakukannya sepuasnya.”
“Setelah aku menikmati tubuh pacarmu ini, kamu boleh melakukannya sepuasnya.”
Kelihatannya Evi setuju. Dia kembali duduk. Tetapi duduk di
kursi sofa yang berada di depanku yang dibatasi oleh meja. Sementara meja itu
telah digeser Bu Heydi untuk berjongkok.
Setelah melihat Evi duduk, kembali Bu Heydi meremas penisku.
Kali ini penisku sudah hampir tegang. Dibukanya celanaku. Diturunkan ke bawah
sedikit termasuk celana dalamku. Penisku sudah muncul dihadapan Bu Heydi dengan
keadaan tegang sepenuhnya. Dipegangnya penisku dan langsung dimasukkan ke
mulutnya. Dikeluarmasukkan penisku yang panjangnya 15 cm. Tanganku hanya
memegang rambut hitamnya yang lurus potong pendek sebahu ciri khas BP. Mataku
setengah terpejam menikmati kuluman Bu Heydi terhadap penisku.
Sekarang kepala penisku dijilatinya sambil melepas baju dalam
yang masih dipakainya. Kemudian dipegangnya lagi penisku dan dimasukkan kembali
ke mulutnya. Tangannya juga membelai buah pelirku. Penisku dikeluarkan dari
mulutnya dan disentuhkan ke lehernya sementara lidahnya menjilati pinggangku.
Aku beranikan membuka ikatan bra yang dipakai Bu Heydi. Perlahan-lahan kulepas
bra itu. Sedangkan Bu Heydi menjilati buah pelirku.
Beberapa saat kemudian digesek-gesekkan diantara kedua payudara
Bu Heydi yang berukuran 34. Pada saat itu kulihat Evi sedang melakukan
masturbasi. Baju seragam sekolahnya setengah terbuka dan dia meremas payudara
kanannya yang masih ditutupi kaos dalam dan bra. Bu Heydi kembali menjilati
kepala penisku. Kudorong kepalanya supaya penisku masuk ke mulutnya. Kembali
penisku keluarmasuk masuk mulut Bu Heydi. Sambil kedua tangannya membelai-belai
buah pelirku.
Setelah puas menikmati penisku, dia berdiri menyorongkan
payudara kirinya ke mulutku. Kujilati payudara kirinya itu. Bu Heydi rupanya
juga melihat Evi bermasturbasi. Dia meninggalkanku dan menghampiri Evi yang
masih asyik dengan remasan pada payudara kanannya.
“Boleh ibu bantu.” Tawar Bu Heydi.
Evi menghentikan remasannya dan hanya diam. Dan tanpa
persetujuan Evi dibukanya dengan cepat seluruh pakaian seragam sekolah yang
dipakai Evi termasuk kaos dalam dan bra. Mereka berdua sama-sama setengah
telanjang.
Dibimbingnya Evi untuk berdiri untuk menempelkan kedua
payudaranya ke kedua payudara Evi.
“Ooouhh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Bu Heydi lalu memegang kedua payudara Evi sedangkan Evi
mendorong tubuh Bu Heydi pada kedua lengannya. Aku kira Evi yang mempunyai tato
bergambar bunga mawar kecil di atas pusarnya akan menolak ajakan Bu Heydi.
Ternyata tidak. Evi bahkan melepas semua pakaian yang tersisa di tubuhnya yang
diikuti oleh Bu Heydi yang juga dengan cepat melepas semua pakaiannya. Keduanya
berdiri berhadap-hadapan dan saling tersenyum. Aku sendiri ketika mereka
melepaskan semua pakaian juga ikut melepas semua pakaianku sambil duduk. Aku
ingin menghampiri mereka yang kemudian dihalang-halangi oleh Bu Heydi.
“Biarkan aku menikmati tubuhnya sendirian.” Kata Bu Heydi sambil
berjalan ke belakang Evi.
Dari belakang diciumnya bibir Evi yang tangan kanannya memegang
leher belakang Bu Heydi. Tangan kiri Bu Heydi dari belakang meremas payudara
kiri Evi. Tangan kiri Evi menjepit tangan kiri Bu Heydi di bawah ketiaknya
sambil memegang tangan kanan Bu Heydi yang membelai vaginanya.
Lalu Evi membalik badannya dan dengan membungkuk dihisapnya
kedua payudara Bu Heydi bergantian.
“Uuughh..” Desah Bu Heydi.
Kedua tangannya memegang pinggang Bu Heydi. Ditariknya tubuh Evi ke atas sambil dia sendiri berjongkok di hadapan Evi. Langsung saja dibukanya vagina Evi dengan kedua tangannya. Evi meletakkan kaki kirinya ke atas kursi sofa untuk mempermudah terbukanya vaginanya. Bu Heydi lalu menjilat vagina Evi dan menghisapnya.
“Aaaghh..oohh..” Desah Evi.
Bu Heydi lalu membimbing Evi untuk duduk di kursi sofa. Gantian dia membungkuk dan menghisap kedua payudara Evi bergantian.
“Uuughh..” Desah Evi.
Mulutnya turun ke bawah dan dihisapnya kembali vagina Evi dengan lidahnya. Evi meremas rambut Bu Heydi yang semakin bernafsu dalam menghisap vagina Evi.
“Aaaghh..oohh..” Desah Evi.
Kedua tangannya memegang pinggang Bu Heydi. Ditariknya tubuh Evi ke atas sambil dia sendiri berjongkok di hadapan Evi. Langsung saja dibukanya vagina Evi dengan kedua tangannya. Evi meletakkan kaki kirinya ke atas kursi sofa untuk mempermudah terbukanya vaginanya. Bu Heydi lalu menjilat vagina Evi dan menghisapnya.
“Aaaghh..oohh..” Desah Evi.
Bu Heydi lalu membimbing Evi untuk duduk di kursi sofa. Gantian dia membungkuk dan menghisap kedua payudara Evi bergantian.
“Uuughh..” Desah Evi.
Mulutnya turun ke bawah dan dihisapnya kembali vagina Evi dengan lidahnya. Evi meremas rambut Bu Heydi yang semakin bernafsu dalam menghisap vagina Evi.
“Aaaghh..oohh..” Desah Evi.
Bu Heydi kemudian menghentikan permainannya. Dia lalu duduk di
kursi sofa dengan kaki kanannya tetap dibawah. Dengan isyarat tangan
dipanggilnya Evi yang masih duduk sambil tangannya memegang vaginanya yang
sudah basah. Dihampirinya Bu Heydi. Jempolnya basah karena cairan yang keluar
dari vaginanya. Diarahkannya ke mulut Bu Heydi yang kemudian menghisap jempol
itu.
Lalu
Evi duduk di antara kedua kaki Bu Heydi. Dari belakang Bu Heydi memeluk Evi
sambil mencium bibir Evi. Tangan kanannya membelai vagina Evi dan jari tengah
dan telunjuknya dimasukkan ke vagina Evi. Kepala Evi otomatis mendongak ke atas
yang membuat Bu Heydi menjilati leher Evi. Tangan kirinya meremas kedua
payudara Evi bergantian. Sedangkan tangan kanan Evi memegang tangan kanan Bu
Heydi untuk mempercepat kocokan pada vaginanya.
“Ooohh..aahh..oouhh..” Desah Evi.
Aku tetap duduk melihat permainan Bu Heydi dengan Evi yang
memanas. Aku hanya bisa meremas-remas penisku sendiri yang tegang. Kelihatannya
Evi sudah mencapai orgasme. Bu Heydi mengeluarkan kedua jarinya dari vagina Evi
dan memeluknya. Aku ingin menghampiri mereka lagi. Tapi.
“Aku ingin lagi, bu.” Kata Evi pelan.
Aku urungkan menghampiri mereka yang telah memulai kembali permainannya yang semakin memanas. Kulihat Evi dalam posisi kayang sedang dihisap vaginanya oleh Bu Heydi. Evi tidak kuat dalam kayangnya sehingga dia terjatuh ke lantai. Tetapi Bu Heydi tetap saja menghisap vagina Evi dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kiri Evi.
“Aaaghh..oohh..eehmm..” Desah Evi.
Setelah beberapa lama Evi mencapai orgasme. Tampak dia kelelahan. Tetapi oleh Bu Heydi dirangsang kembali. Dengan cara Bu Heydi membuka vaginanya dan menempelkan kelentitnya ke puting payudara kanan Evi.
“Aaahh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Gairah Evi kembali lagi. Tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri sementara tangan kirinya membelai paha kanan Bu Heydi. Bu Heydi melanjutkan dengan berdiri dan meletakkan kaki kirinya ke kursi sofa. Evi yang berada tepat di bawahnya lalu memegang paha kanan Bu Heydi dan menjilatinya.
“Eeehmm..” Desah Bu Heydi.
Mulutnya naik ke atas dan dibukanya vagina Bu Heydi untuk menghisap dengan lidahnya.
“Aaaghh..oohh..” Desah Bu Heydi.
Aku urungkan menghampiri mereka yang telah memulai kembali permainannya yang semakin memanas. Kulihat Evi dalam posisi kayang sedang dihisap vaginanya oleh Bu Heydi. Evi tidak kuat dalam kayangnya sehingga dia terjatuh ke lantai. Tetapi Bu Heydi tetap saja menghisap vagina Evi dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kiri Evi.
“Aaaghh..oohh..eehmm..” Desah Evi.
Setelah beberapa lama Evi mencapai orgasme. Tampak dia kelelahan. Tetapi oleh Bu Heydi dirangsang kembali. Dengan cara Bu Heydi membuka vaginanya dan menempelkan kelentitnya ke puting payudara kanan Evi.
“Aaahh..” Mereka berdua sama-sama mendesah.
Gairah Evi kembali lagi. Tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri sementara tangan kirinya membelai paha kanan Bu Heydi. Bu Heydi melanjutkan dengan berdiri dan meletakkan kaki kirinya ke kursi sofa. Evi yang berada tepat di bawahnya lalu memegang paha kanan Bu Heydi dan menjilatinya.
“Eeehmm..” Desah Bu Heydi.
Mulutnya naik ke atas dan dibukanya vagina Bu Heydi untuk menghisap dengan lidahnya.
“Aaaghh..oohh..” Desah Bu Heydi.
Akhirnya Bu Heydi mencapai orgasme dan dia terjatuh tertelungkup
di sofa dengan kaki tetap di bawah. Tetapi Evi belum puas. Puting payudara
kirinya di tempelkan di lubang pantat Bu Heydi. Kemudian dari belakang dihisapnya
lagi vagina Bu Heydi dengan lidahnya.
“Aaahh..aaghh..oohh..” Desah Bu Heydi.
“Aaahh..aaghh..oohh..” Desah Bu Heydi.
Sebagai puncak permainan mereka, Evi membalikkan tubuh Bu Heydi
dan mengangkat kakinya ke atas kursi sofa. Mereka bermain dalam posisi 69
selama beberapa menit.
Aku semakin asyik saja dengan penisku. Tidak saja meremas-remas
penisku. Juga kukocok penisku. Aku tidak tahu ketika mereka berdua telah
mendatangi aku yang bersandar ke meja. Bu Heydi mengambil kursi kayu. Sambil
duduk dia memegang penisku dan memasukkan ke mulutnya. Evi ingin menciumku.
Tetapi kudaratkan bibirku ke payudara kanannya.
“Oooughh..”
Kulepaskan hisapan pada payudara kanannya. Dia merangkulkan tangan kirinya ke pundakku. Tangan kanannya ikut memegang penisku yang keluar masuk mulut Bu Heydi. Tangan kananku meremas pantat kirinya yang membuat kepalanya mendongak ke atas. Aku dapat dengan leluasa menjilati lehernya dan kedua payudaranya.
“Eeehmm..eehmm..” Desah Evi.
Kutambah dengan remasan tangan kiriku yang meremas pantat kanannya. Penisku sudah tidak lagi dikeluarmasukkan. Kulepaskan diriku dari rangkulan Evi. Evi kemudian duduk di kursi kayu. Bu Heydi mendekati Evi. Mereka berdua berciuman kembali. Setelah kukangkangkan kaki Bu Heydi, dari bawah kuhisap vagina Bu Heydi dengan lidahku sementara mereka tetap berciuman.
“Aaaghh..oohh..” Desah Bu Heydi disela-sela ciumannya.
Mereka berciuman sambil tangan kanan Bu Heydi memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke vagina Evi.
Kuremas-remas juga pantat Bu Heydi. Bu Heydi melepaskan ciumannya dan berkata.
“Masukkan.” Katanya sambil mencium Evi kembali.
Kulepaskan hisapan pada payudara kanannya. Dia merangkulkan tangan kirinya ke pundakku. Tangan kanannya ikut memegang penisku yang keluar masuk mulut Bu Heydi. Tangan kananku meremas pantat kirinya yang membuat kepalanya mendongak ke atas. Aku dapat dengan leluasa menjilati lehernya dan kedua payudaranya.
“Eeehmm..eehmm..” Desah Evi.
Kutambah dengan remasan tangan kiriku yang meremas pantat kanannya. Penisku sudah tidak lagi dikeluarmasukkan. Kulepaskan diriku dari rangkulan Evi. Evi kemudian duduk di kursi kayu. Bu Heydi mendekati Evi. Mereka berdua berciuman kembali. Setelah kukangkangkan kaki Bu Heydi, dari bawah kuhisap vagina Bu Heydi dengan lidahku sementara mereka tetap berciuman.
“Aaaghh..oohh..” Desah Bu Heydi disela-sela ciumannya.
Mereka berciuman sambil tangan kanan Bu Heydi memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke vagina Evi.
Kuremas-remas juga pantat Bu Heydi. Bu Heydi melepaskan ciumannya dan berkata.
“Masukkan.” Katanya sambil mencium Evi kembali.
Dari belakang kumasukkan pelan-pelan penisku ke vagina Bu Heydi.
Kulihat tangan kanan Evi memegang paha kiri Bu Heydi. Evi juga
telah berdiri dari kursinya. Bu Heydi menjilati leher Evi sampai ke kedua payudara
Evi. Tangan kirinya memegang erat tangan kanan Evi. Penisku keluarmasuk vagina
Bu Heydi dari belakang sementara Bu Heydi dan Evi tetap berciuman sambil
menempelkan kedua payudara mereka. Kedua tangan mereka saling meremas kedua
paha. Kurasakan maniku mau keluar.
“Maaf, bu. Mau keluar.” Kataku pelan.
“Keluarkan saja di dalam.” Jawab Bu Heydi sambil mendesah disela-sela ciumannya.
“Keluarkan saja di dalam.” Jawab Bu Heydi sambil mendesah disela-sela ciumannya.
Akhirnya kukeluarkan maniku di vagina Bu Heydi yang juga basah.
Bu Heydi kemudian mendorong tubuhku. Kukeluarkan penisku dari vagina Bu Heydi
dan aku langsung jatuh terduduk. Aku duduk bersandar ke tembok dengan kakiku
kuluruskan. Bu Heydi juga melepaskan ciumannya pada Evi. Dia duduk di kursi
sofa.
Evi menghampiriku. Aku berjalan dengan dua lututku juga maju
mendekatinya. Kuhisap payudara kiri Evi.
Sedangkan payudara kanan Evi kuremas.
“Oooughh..oohh..” Desah Evi.
Bu Heydi juga berdiri dan menggesekkan kedua payudaranya ke
punggungku sambil kedua tangannya membelai bagian depan tubuhku.
Kubalikkan tubuhku sambil berdiri. Kubimbing Bu Heydi untuk
duduk di kursi sofa. Ingin sekali kumasukkan penisku dari depan. Tapi Evi
menarikku ke belakang. Dia langsung menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya
dengan bertumpu pada kedua tangannya dan lututnya. Dia juga berkata kepadaku.
“Masuki aku.” Kata Evi yang menghentikan hisapan pada vagina Bu
Heydi dengan lidahnya.
Dari belakang pelan-pelan kumasukkan penisku.
“Aaaghh..” Desah Evi.
Evi melanjutkan lagi menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya. Tapi baru sebentar, Evi berkata lagi.
“Keluarkan. Nggak enak.”
Dari belakang pelan-pelan kumasukkan penisku.
“Aaaghh..” Desah Evi.
Evi melanjutkan lagi menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya. Tapi baru sebentar, Evi berkata lagi.
“Keluarkan. Nggak enak.”
Terpaksa kukeluarkan lagi penisku. Evi membalikkan tubuhnya dan
mendorongku untuk duduk di kursi kayu. Aku duduk di kursi kayu. Evi kemudian
mencoba duduk di pangkuanku. Dia meraba-raba ke belakang mencari penisku. Aku
tahu maksudnya. Pelan-pelan kumasukkan penisku ke vagina Evi. Kurasakan vagina
Evi yang basah.
“Aaaghh..” Desah Evi.
“Aaaghh..” Desah Evi.
Bu Heydi juga bangkit dari kursi sofa. Dari samping tangan
kanannya membelai vagina Evi. Payudara kirinya menempel pada payudara kanan
Evi. lalu dipegangnya payudara kiri Evi dan ditempelkan ke payudara kanannya.
Kedua payudara mereka menempel dan bergesekan seiring dengan Evi yang
menaikturunkan pantatnya supaya penisku keluar masuk. Kuangkat paha kanan Bu
Heydi. Evi menyambutnya dengan belaian tangan kiri pada paha kanan Bu Heydi.
“Ooouhh..aahh..oouhh..” Desah Evi.
“Ooouhh..” Desah Bu Heydi.
“Ooouhh..” Desah Bu Heydi.
Kemudian Bu Heydi turun ke bawah. Dihisapnya vagina Evi yang
masih dimasuki penisku. Kuangkat pantat Evi dan akupun mencoba berdiri. Aku
berhasil berdiri dan kulihat kaki kiri Evi diangkat ke atas meja kecil. Penisku
dipegang oleh Bu Heydi sementara kepala penisku masih berada di vagina Evi.
Dikeluarkannya penisku sambil Bu Heydi menjilati cairan yang keluar dari vagina
Evi.
Aku masih berdiri sambil membersihkan penisku. Kulihat Bu Heydi terlentang di lantai dan tangannya menarik Evi untuk melakukan posisi 69. Ketika mereka melakukan posisi itu kukeluarmasukkan penisku ke vagina Evi.
Aku masih berdiri sambil membersihkan penisku. Kulihat Bu Heydi terlentang di lantai dan tangannya menarik Evi untuk melakukan posisi 69. Ketika mereka melakukan posisi itu kukeluarmasukkan penisku ke vagina Evi.
“Aaahh..oouhh..Jangan. Jangan.” Teriak Evi berulang-ulang.
Kukeluarkan penisku sambil berdiri. Evi juga berdiri. Evi
menghampiriku dan dibimbingnya aku untuk telentang dilantai disamping Bu Heydi
yang sudah duduk juga dilantai. Evi tengkurap di atas tubuhku sambil mencoba
supaya penisku masuk vaginanya. Bu Heydi membantu dari belakang. Dimasukkannya
penisku ke vagina Evi sambil lidahnya menjilati pantat Evi. Kuangkat kepalaku
untuk menghisap kedua payudara Evi yang bergoyang seiring dengan pantatnya yang
dinaikturunkan. Aku hisap payudara kanannya. Bu Heydi dari belakang menempelkan
kedua payudaranya ke punggung Evi. Tubuhnya ikut membantu mendorong tubuh Evi
yang dinaikturunkan supaya penisku keluarmasuk vagina Evi. Tangan kirinya
meremas payudara kiri Evi.
“Aaahh..oouhh..oohh..aahh..oouhh..” Desah Evi.
“Aku mau keluar.” Kataku sambil berteriak kenikmatan.
“Jangan keluarkan di dalam.” Kata Evi sambil memundurkan tubuhnya ke belakang.
Bu Heydi yang tahu hal itu langsung berdiri. Evi langsung melentangkan tubuhnya di lantai sambil berkata kepadaku.
“Keluarkan di sini.” Kata Evi sambil memegang kedua payudaranya.
Kukangkangkan kakiku yang setengah berdiri bertumpu dengan kedua lututku tepat di atas kepala Evi. Kutumpahkan maniku di kedua payudara Evi yang langsung dijilati Bu Heydi.
“Eeehmm..” Desah Evi.
“Aku mau keluar.” Kataku sambil berteriak kenikmatan.
“Jangan keluarkan di dalam.” Kata Evi sambil memundurkan tubuhnya ke belakang.
Bu Heydi yang tahu hal itu langsung berdiri. Evi langsung melentangkan tubuhnya di lantai sambil berkata kepadaku.
“Keluarkan di sini.” Kata Evi sambil memegang kedua payudaranya.
Kukangkangkan kakiku yang setengah berdiri bertumpu dengan kedua lututku tepat di atas kepala Evi. Kutumpahkan maniku di kedua payudara Evi yang langsung dijilati Bu Heydi.
“Eeehmm..” Desah Evi.
Bu Heydi juga menjilati kepala penisku. Sedangkan buah pelirku
dijilati oleh Evi. Aku lalu pindah ke samping kanan Evi. Kugesek-gesekkan
penisku yang masih keluar mani ke kedua payudara Evi bergantian. Juga ke
belahan kedua payudara Evi. Akhirnya kujatuhkan tubuhku di samping kanan Evi.
Bu Heydi masih menjilati kedua payudara Evi bergantian sambil sesekali membagi
maniku dengan lidahnya ke bibir Evi. Akhirnya Bu Heydi juga menjatuhkan
tubuhnya di samping kiri Evi.
Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan tubuh di kamar
mandi yang ada di dalam ruang BP, kami bertiga pulang ke rumah
masing-masing.Tamat.
0 Response to "Anak SMA dan Gadis Cina"
Posting Komentar